Percikan Hujan.. Kerlipan Cahaya..


Padamu Allah kami berjanji

Padamu Allah kami berbakti

Padamu Allah kami mengabdi

Bagimu Allah jiwa raga kami

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. 

QS. Al-Ikhlash (112):1-4


Hai kamu!

Bertarunglah dengan dirimu sendiri

Sampai tidak ada keinginan diri, dan hanya keinginan Allah yang terwujud

Bertarunglah dengan dirimu sendiri

Sampai tidak ada lisan tidak bergunamu dan hanya kalam Allah yang terucap

Bertarunglah dengan dirimu sendiri

Sampai tidak ada kesungguhan diri, melainkan hanya Ridho Allah sebagai tujuan

Bertarunglah dengan dirimu sendiri, wahai prajurit yang berjuang bangkit!

Sampai tidak ada lagi engkau dalam dirimu…

Dan yang ada hanya Allah Yang Satu

Allah Yang Satu

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”.  (QS.Al-Ikhlash :1-4)


Aku berkelana di dunia yang ‘katanya’ akademisi. ‘Katanya’ semua yang kita pahami harus ada sumber terpercayanya, tidak boleh hanya ‘katanya’. Kami yang ‘katanya’ akademisi biasa kena teguran jika tidak jelas sumber ilmu yang kami lontarkan. “Medis itu tidak boleh bersumber dari ‘katanya’ ya”, begitu kira-kira ‘katanya’ para guru.

Aku lalu berkelana di dunia informasi dan komunikasi. Beberapa jurnalis berebut mengejar berita yang ‘katanya’ akurat untuk disajikan ke masyarakat dengan akurat, tajam, dan terpercaya serta minim ‘katanya’. Lalu masyarakat mengolah berita-berita dan menyampaikan ke orang-orang sekitarnya, sampai beredarlah ‘katanya’. Penyampaian terus berlanjut sampai ‘katanya’ jadi berbumbu-bumbu tambahan dan berlipat berkuadrat-kuadrat lalu hilang derajat martabat.

Aku berkelana di dunia sosial. Bicara mengenai ‘katanya’ si anu begitu atau ‘katanya’ si itu begini jauh lebih laku daripada bicara fakta kebenaran, apalagi jika ditambah bumbu ‘katanya’-‘katanya’ dari pendapat pribadi. Ketidakpastian info menjadi semakin menarik ketika ‘katanya’ dianalisis dengan beragam bumbu spekulasi/prasangka-prasangka yang bermodal menerka-nerka.

Terombang-ambing dalam ‘katanya’ yang bahkan si’nya’ di sini saja tidak jelas siapa begini hidup bisa jadi malapetaka. ‘Katanya’ sih hidup bener caranya begini, biar Allah ridho caranya begitu. Merasa aman dengan berdasar ‘katanya’ dibanding mencari kebenaran di ‘kataNya’ ini celaka, sungguh celaka. Seperti data penelitian yang harus valid dan sumber pustaka yang harus jelas dari mana, hidup harus jelas benar salahnya. Harus bersumber pada kebenaran, dan kebenaran bukan ‘katanya’, tapi kataNya.

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.”

QS. Al-Baqarah:147


-Malam senin.. dua hari menuju ujian radiologi. Teralu besar harapan dengan minim persiapan-

Terlalu banyak pertanyaan berjalan-jalan..

lalu berlari-lari dan melompat-lompat

walau terkadang datang dengan merangkak perlahan

Ia membuat pikiran menjadi semakin pekat dan merubah luang menjadi tidak sempat

Ia datang atas nama diri dan segala kerumitannya

sosial dan segala keanehannya

masa depan dan segala misterinya

akhirat dan segala harapannya

alam dan segala ketakjubannya

dan kemenangan dengan segala PRnya..

Namun di akhir cerita selalu sama.. Datang keyakinan menjawab pertanyaan..

Ada Allah Yang Maha Mengetahui yang terlihat maupun yang tersembunyi

Ada Allah.. Ada Allah.. Ada Allah..


Reportase empat hari pertama jadi dokter muda  di RSHS..

Saya sekarang ada di bagian anesthesi, lagi sering ngikutin dokter-dokter operasi hehe.. Awalnya kurang kebayang jelas operasi itu kayak gimana karena belum pernah ada pengalaman operasi, atau keluarga dekat yang operasi. Selama ini cuma mencoba memvisualisasi operasi dari liat video atau baca buku, but not the real patient. Dan dua hari ini saya kerjaannya ikut ‘main’ sama dokter-dokter. ‘Main’, kata selengean para surgeon buat proses operasi. Real patient, real body, real blood, real (sorry) urine..

Tindakan ke manusia beneran jelas beda rasanya dibanding ke mannequin…jelas. Harus hati-hati dan ga boleh main-main karena ini manusia beneran. Tapi kalau sekarang salah, masih ada dokter-dokter yang bisa bantu benerin, tapi kalau saya udah jadi dokter? Wiiii..

Ini masih “half real world”. Mumpung sekarang masih diberi kesempatan waktu sebelum masuk ke “real world”nya dokter, mari semangat belajar! Jiwa ini akan diminta pertanggungjawabannya atas hidupnya, harus siap.

“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.

(HR. At Tirmidzi no. 2340)


“Laa ilaha ilallah itu lifelong learning, mba” (Lia)

Setuju parah parah parah sama statement ini.
Kalau kata dosen-dosen saya jadi dokter itu harus mendedikasikan diri untuk lifelong learning karena ilmu kedokteran terus berkembang, maka menurut saya lifelong learning itu status wajib untuk tauhid.

Ini proses sepanjang hayat, tuan nona.
Justru harus hati-hati saat mengaku sudah beriman, sudah ikhlas sepenuhnya, sudah berserah seluruhnya. Hati-hati. Ujian ada dimana-mana, syaithon masih bersungguh-sungguh menggoda para jiwa-jiwa yang seringkali tak berdaya.

Harus bersyukur sepenuh hati kalau Allah memberi skenario dimana kesalahan-kesalahan niat yang ditamparkan berulang-ulang ke diri kita. Entah lewat orang-orang sekitar, atau penyesalan-penyesalan yang mulai mengakar. Diri jadi mengerti apa yang harus dibenahi, dan bagaimana membenahinya. Walaupun tidak selalu langsung berhasil, paling tidak punya wahana menuju berhasil. 

Mari terus belajar! Dan belajarnya harus sungguh-sungguh!!

Karena kata pak Dekan,

“Ketidaksungguhan itu lebih berbahaya daripada ketidakmampuan” (Prof. Tri)

Minimal, dengan sungguh-sungguh tidak menjadikan penilaian orang sebagai tujuan. Na’udzubillah..

Wahai Tuan Nona kesepian..

Di sana ada tuan yang sudah tidak kenal arti sepi

Karena sedang bersanding dengan Yang Maha Terpuji

Jangan bawa-bawa manja rayu berharap ada jiwa yang luluh mati

Atau berani-berani membawa bara api neraka ke dalam qolbu yang ingin suci

Wahai Tuan Nona kesepian..

Di sini ada nona yang sudah jera dengan jeruji hati

Tak sudi lagi membawa racun pada hati yang harusnya hanya ada Illahi Robbi

Jangan menawarkan perhatian semu dengan embel-embel surgawi

Lantas menggeret jiwa dalam dosa, menerjuni jurang neraka tiada bertepi

Wahai Tuan Nona kesepan..

Tidak usah gundah gelisah dan merana

Ada kasih sayang melimpah dari Tuhan Yang Esa

Dalam balutan petunjuk dan ni’mat yang tidak terkira

Atas jiwa-jiwa yang melakukan perbaikan dan kebajikan

Cinta pada keimanan dan melindungi diri dari berbuat dosa

Lapangkan dada, yakinkan diri

Ada Allah Yang Maha Suci, tempat kembali setiap diri yang kelak pasti mati


Hai jiwa-jiwa dari makhluq pelupa nan suka berkeluh kesah

Tidak adakah datang cinta berjumpa Allah Yang Esa?

Tidak adakah datang rindu berjumpa Rasulullah di alam surga?

Tidak adakah datang pengharapan atas ampunan?

Tidak adakah kekhawatiran atas hari pertanggungjawaban?

Atau kecintaan pada keimanan?

Tidak adakah?

Maka hitunglah tiap nafas yang terhela dan tiap fikir yang terlintas

Siapkah diri untuk menyesal karena tidak dianggap pantas lantas bergelimang neraka yang jelas sangat panas?

Mari kembali kepada Allah dengan ridho dan diridhoiNya

Mengabdi sepenuh jiwa bersanding kesabaran melawan syaithon yang merajalela


Bismillah

Keinginan atau kebutuhan, kebutuhan atau keinginan..

Seringkali kita disorientasi dan hilang kesadaran untuk paham mana keinginan mana kebutuhan. Kurang jujur terhadap diri untuk menilai mana yang memang butuh, begitu adanya, dengan rasa butuh sebagai pembenaran dari keinginan. Atau parahnya lagi, tidak mengerti perbedaan kebutuhan dengan keinginan karena tidak punya standard kapan sesuatu disebut kebutuhan, maka konsekuensinya, setiap keinginan adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.

Astaghfirullah.. na’udzubillah.

Kita bisa mengerti kebutuhan saat paham tujuan dengan jelas. Contoh kecil, saat saya punya tujuan hidup sehat, maka kesadaran saya untuk makan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh saya dengan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang cukup, bukan untuk memenuhi teriakan rasa lapar walau dengan makanan ‘kosong’ yang penuh perasa, pengawet, dan pewarna. Saat tujuannya terlihat, maka mana kebutuhan dan mana keinginan juga jelas bedanya. Tinggal jujur pada diri sendiri, melenyapkan pembenaran bergandeng keinginan.

Masalahnya adalah, tidak semua sadar tujuan hidupnya yang bisa membawa keselamatan itu kemana. Maka kembali lagi ke awal bahasan, ujung-ujungnya terjerumus kedalam prinsip bahwa setiap keinginan adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.

Astaghfirullah..astaghfirullah..astaghfirullah

Seorang mukmin seharusnya benar-benar sadar tujuan hidupnya untuk mengabdi pada Allah, Satu-satunya Yang Berhak Diabdi dan Mendominasi. Laa ilaha ilallah..

Seharusnya

Astaghfirullah..astaghfirullah..astaghfirullah

Saat tujuan sudah jelas dan tegas, maka seorang mukmin idealnya benar-benar jadi pribadi yang selektif dalam bertindak. Menguji niat, menajamkan hati, dan memilah dengan cermat mana yang memang kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dan mana yang hanya hawa nafsu belaka. Karena pemenuhan keinginan tidak pernah membawa kita kepada tujuan yang benar. Dan sesuatu yang tidak membawa kita pada tujuan, benar-benar sesuatu yang tidak berguna.

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” QS. An-Naazi’aat (79) : 40-41

 

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna…” QS.Al-Mukminuun (23) :1-3

 

Hey, melaksanakan ini pastinya tidak semudah menghirup udara!

Mari berusaha!! (^.^)9


Seburuk-buruknya masa lalu dan seberat-beratnya kesalahan, saya mengerti mereka tidak akan lepas dari  lembaran hidup diri ini.

Mereka datang dengan pilihan untuk masa depan dan membentuk diri jadi begini.

Semua jiwa punya pilihan..

Memohon ampunan dan memperbaiki diri, atau menyerah tak mau berlari.

Karena seburuk-buruknya hari kemarin, dia tetap harus datang demi adanya hari esok.

Tapi seburuk-buruknya hari kemarin, masih ada hari ini sebelum hari esok..

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

QS. Al-Hasyr (59): 18

…dan bertakwalah kepada Allah..

Kalender Hijriyah

Diri Saya

Kalenderku..

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

My post’s genre

Klik tertinggi

  • None

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 380 other subscribers

Me

Ini blog hasil curcolan seorang muslim mahasiswi kedokteran..

Orang2 yang nengok

  • 5,611 hits