Archive for March 2012
Racauan Anak FK Tingkat 3
Posted March 24, 2012
on:
“Jadi dokter itu harus bisa seimbang soft skill dan hard skill..” -katanya-
Ah, tapi kadang saya heran.. ralat,tidak kadang, sering. Terlebih sama diri sendiri.
Saya pikir, seseorang bisa dianggap punya soft skill tertentu itu saat sudah sampai ke tahap aplikasi perilaku, bukan pemahamannya saja. Ikut pelatihan sana-sini dari tingkat kamus sampai internasional, cari pengalaman sana-sini dari dunia kampus sampai student exchange, atau jadi pemimpin di sana-sini, semua hal dijelajahi.. Bagus sih, keren kok…tapi kalau ga teraplikasikan buat apa? Kalau toh cuma dapet predikat eksis nan keren dan berkarisma, tapi cuma nama doang buat apa?
Yang aktivis teriak-teriak keseimbangan akademik dan kemahasiswaan, tapi kok pas kuliah tidur.. Minta dihargai saat berbicara dengan karismatiknya di depan audience, tapi kok pas kuliah baca bacaan lain di kursi belakang..apakah ini menghargai dosen?Apakah definisi seimbang itu udah berubah ya?
Yang sangat fokus belajar..yaa bener-bener fokus. Be-la-jar. Pas yang lain saling bercengkrama di acara bareng-bareng, kalo ada absensi, besar kemungkinannya dia termasuk golongan alfa.
Heran…keren berdialektika tapi kalo ga punya modal ilmu cukup, mau ngebantu pasien gimana caranya? Masalahnya ini nyawa,men…sama nyawa kagak bisa main-main… Punya modal ilmu segunung tapi kalau sulit membawa diri di depan pasien juga bingung, masalahnya pasien itu manusia, bukan kertas. Lebih parah lagi kalau ga punya modal ilmu, juga ga bisa membawa diri..mau jadi apaaa?? #sayangaca
Aah, tapi emang bingung. Dengan kehidupan FK yang tuntutan akademisnya tinggi, seimbang itu emang ga sulit, tapi sangat sulit. Itu baru akademik-kemahasiswaan.. Kalau saya nemu nih orang dengan akademik oke dan kemahasiswaan atau kepedulian sosialnya keren,PLUS kesehatannya cukup terjaga dengan waktu tidur yang cukup DAN HARUS punya kedekatan dengan Allah yang kuat karena ruhiyahnya senantiasa terjaga, orang ini pasti bakal saya kejar untuk saya minta ngajarin.
Tahun pertama, kedua, dan setengah tahun ketiga saya udah cukup untuk nyedot fokus saya di dunia kemahasiswaan kayaknya. Nerima order amanah sana-sini, lalu kewalahan..no more. Saya masih berhak kan ya kalau mau nabung ilmu dan memperbaiki nilai saya di tahun kedua yang jeleknya ampuun itu? Saya kan juga mau ko-ass, teman..ada syarat nilai nih masalahnya. Kalau saya tidak sepeduli dulu terhadap kemahasiswaan, tolong jangan langsung justifikasi sy MT a.k.a makan temen yaa, saya masih makan ayam kok..belum makan manusia, percaya deh.
Saya harus bertanggung jawab. Allah menakdirkan saya di kedokteran, ga jihad namanya kalau saya ga sungguh-sungguh jadi dokter yang baik. Gimana pun juga, yang nanti saya hadapi adalah ciptaanNya, ga boleh main-main. Dari semua hiruk-pikuk, kemerosotan, kenistaan, kehinaan, dan ke-gak-banget-an proses belajar saya selama ini, pasti ada pelajaran yang harus diambil. Ada maksud di setiap kehendak Allah..ada.
*Saat harapan perbaikan akademik begitu tinggi, saya pengen banget menyendiri.. Berusaha menjawab kebutuhan diri yang sering dinomerduakan dengan kemahasiswaan jadi kambing hitam. Rajin belajar agar pintar, terus menggali agar jadi ahli..
Lalu bertanya lagi dalam hati..apa yang saya cari?
Astaghfirullah..
Posted March 9, 2012
on:Menjadi guru bukan berarti tidak pernah dianggap bercuap-cuap ga jelas sama siswa
Menjadi kakak kelas pembimbing bukan berarti tidak pernah dianggap ngerepotin sama mahasiswa baru
Menjadi pengurus organisasi bukan berarti tidak pernah dianggap sok iye sama anggota organisasi
Menjadi teman bukan berarti tidak pernah dinggap sok baik sama teman-teman sekitar
Menjadi adik bukan berarti tidak pernah dianggap pengganggu besar sama sang kakak
Menjadi kakak bukan berarti tidak pernah dianggap ikut campur sama sang adik
Walau mungkin memang tidak pernah bermaksud melakukan anggapan-anggapan itu..
Lalu apa yang salah?
Pengerjaannya kurang sungguh-sungguh?
Atau niatnya kurang lurus?
Komentarmu..